PENGERTIAN KARUME (Teka-teki Toraja)
Menurut Kamus Toradja – Indonesia 1972, Karume atau Karrume berarti
teka-teki, ma’karume: berteka-teki; sikarume: saling berteka-teki. Karume
adalah teka-teki khas Toraja, biasanya dilakukan bila menjelang istirahat di
malam hari atau pada saat beristirahat kerja di siang hari.
Karume merupakan media untuk mendorong daya pikir, mengasah otak, mendorong
kreatifitas anak dalam membuat teka-teki baru serta memperluas wawasan terutama
tentang realitas disekitarnya. Karume menjadi sarana perkembangan diri bagi
anak-anak Toraja pada zaman dahulu. Sikarume (saling berteka-teki) merupakan suatu kegiatan yang yang menarik terutama oleh anak-anak, dianggap sebagai kegiatan rekreasi yang mengundang canda dan tawa karena kadang
jawabannya terasa lucu dan tidak terpikirkan sebelumnya. Karume pada setiap kampung biasanya berbeda susunan kata-katanya tapi
maksudnya sama.
Namun pada zaman modern ini Sikarume (berteka-teki) sangat jarang sekali
dilakukan oleh anak-anak Toraja terutama yang tinggal di kota mengingat semakin
banyaknya hiburan lain yang lebih menarik seperti televisi, permainan game,
internet, handphone, dll.
Contoh: Karume-rume Toraya (Teka-teki Toraja)
1. To siruran dao langi’ Tangsipeta’daan uainna (Orang yang berketurunan
diatas langit tidak saling meminta airnya)
Jawab: Bua kaluku (buah pohon
kelapa)
2. Ta’pian mellolok kayu (sekam berpucuk kayu)
Jawab: Daun buangin (Daun kayu
cemara Toraja)
3. Mentioangan tangmamara (Berteduh tapi tidak kering)
Jawab: Lila (Lidah)
4. To kia’tang soro’ boko’ (Orang hamil bergeser/berjalan mundur)
Jawab: Bi’ti’ (Betis)
5. To bukku’ to bukku’ unnondoi liku (Orang bungkuk orang bungkuk mengoyangkan
palung sun gai/danau)
Jawab: Pekan (Pancing)
6. Suke sembang rundu’ salu (Tabung bambu yang ujungnya terpotong miring mengikuti air)
Jawab: Suso (siput)
7. To lusau’ to lurekke sirenden asu busa’na (orang yang ke selatan orang yang
ke utara memegang anjing putihnya
Jawab: uai sola burana diong
salu (air bersama busanya di sungai)
8. Sangeran ditoke’ toke’ mema’tik matikan elo’ (Batu asa digantung-gantung
melelehkan air liur)
Jawab: Pao dao lolokna (buah
mangga di pohon)
9. Toena’ kunukkun (Peganglah supaya kumenyelam)
Jawab: Petimba uai (Timba
air)
10. Toena’ kualangko (Peganglah supaya kuambilkan
Jawab: Pesumpa’ (Gala
penjolok buah)
11. Mengkalaokan kemakale’ ta’pa dio randan langi’ (Turun waktu pagi langsung
berada di pinggir langit)
Jawab: Mata mentiro (mata
melihat)
12. Kusaile anna marira kudi’pu’ anna manaran (Kulirik ternyata liar kupungut ternyata
jinak)
Jawab: Talinga (telinga)
13. Sare piona nene’ku tangdilambi’ didangkanni (Celana kain compang-capingnya/koteka
nenekku tak terjengkali/terukur)
Jawab: Lalan (jalan)
14. Indo’ lai’ diong to tallang metamba-tamba laboko (Ibu di bawah rumpun bambu
berteriak-teriak akan mencuri)
Jawab: Kaduaya/kadoya (burung gagak)
Pustaka:
A.T. Marampa’, Sastra Budaya Toraja
J.B. Lebang, Karume-Rumena
Toraya
J. Tammu dan H.
Van der Venn, Kamus Toradja-Indonesia 1972
Komentar
Posting Komentar